Minggu, 06 November 2011

MY SECOND HERO

Siapakah My Second Hero???



Beliau adalah orang yang hebat dan amat sangat hebat. Beliau tak pernah mengeluhkan hidupnya. Tak pernah menyerah dan saya harap semoga selalu bahagia. Amiin. Darinya saya mengerti ARTI PENGORBANAN. Arti pengorbanan sesungguhnya walaupun tak banyak apresiasi untuknya. Bahkan dalam Islam, Beliau berada pada posisi ke empat sebagai orang yang wajib dihormati setelah tiga peringkat di atasnya adalah My First Hero. Beliaulah My Lovely Dad. Orang yang bekerja keras, banting tulang untuk Ibu, Mbak, adik, dan saya. Sungguh besar pengorbanannya. Tak perduli apapun yang terjadi. Orientasinya satu: mencari rizky untuk kami.

Beliau akan melupakan apa yang Beliau inginkan, agar bisa memberikan apa yang putra-putrinya butuhkan. Beliau membiarkan orang-orangan sawah memakai baju kesayangannya. Beliau menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, saat putra-putrinya ingin bicara atau butuh bantuannya. Beliau selalu berfikir dan bekerja keras untuk memberikan uang saku pada anak-anaknya, meskipun tidak ada yang pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahi.

Siang malam baginya sama saja. Bekerja saat semua orang tertidur pulas dan merasakan panasnya gamping. Kemudian siangnya, terik mentari menguras keringatnya. Begitu mengharukan. Tetapi Beliau tetap tegar menghadapi kerasnya kehidupan ini sebagai rakyat jelata. Dalam diamnya, saya temukan ketulusan. Dalam diamnya, saya temukan ketegaran. Dalam diamnya, saya temukan kekuatan. Dalam diamnya, saya temukan cinta. Cintanya pada istri dan anak-anaknya. Dalam diamnya, saya temukan banyak hal yang menginspirasi saya untuk tetap berjuang sampai saat ini.

My Second Hero, walaupun tidak ada hari bapak, bapak jari, bapak kota, bapak pertiwi, dan istilah bapak-bapak lain untukmu seperti layaknya penghargaan pada First Hero. Walaupun Syurga tidak berada di bawah telapak kakinya. Namun, jasanya sungguh luarr biasa. Sebuah pengorbanan tanpa pamrih. Rela kelaparan asal putra-putrinya kenyang. Rela berjalan kaki asalkan anaknya naik kendaraan. Rela kekurangan asalkan anaknya berkecukupan. Tidak ada sesuatu yang membuatnya bahagia kecuali melihat putra-putrinya bahagia.

My second Hero lebih bangga pada prestasi saya, daripada prestasinya sendiri. Ayah tidak suka meneteskan air mata. Ketika saya lahir dan Beliau mendengar saya menangis untuk pertama kalinya, Beliau sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya. Ketika saya masih kecil, Beliau bisa memeluk untuk mengusir rasa takut saya, ketika mimpi buruk datang. Beliau membela saya, saat ketidaknyamanan saya diusik.

Dan yang mengharukan bagi seorang AYAH, Beliau hanya akan menyalami saya ketika saya pergi meningalkan rumah, karena kalau Beliau sampai memeluk saya, mungkin Beliau tidak akan pernah bisa melepaskannya. Namun, sungguh menyedihkan jika suatu hari kerinduan datang di hatinya untuk bertemu dengan saya dan putra-putrinya atau mungkin sekedar ingin melihat senyum kami dan kami tidak menyempatkannya. Alasan yang kami ucapkan mungkin seperti ini, ”Saya sedang sibuk Pak, sehingga tidak bisa pulang.” Mungkin tidak hanya saya, bahkan kita sering melakukannya. Apakah kita memikirkan perasaannya. Perasaan seorang Ayah yang ingin bertemu putra-putrinya.

Rindu yang mungkin tak terucap itu, hanya bisa dipendam. Mungkin masa inilah yang membuatnya mampu menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam.
Ayah bisa membuat saya percaya diri, karena Beliau percaya pada saya. Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi Beliau hanya mencoba melakukan yang terbaik.
Dan terpenting adalah…

My Second Hero tidak pernah menghalangi saya untuk mencintai Allah, bahkan Beliau akan membentangkan seribu jalan agar saya dapat menggapai cintaNya, karena Beliau pun mencintai saya karena cintanya padaNya.



engkaulah nafasku
yang menjaga di dalam hidupku
kau ajarkan aku menjadi yang terbaik

kau tak pernah lelah
sebagai penopang dalam hidupku
kau berikan aku semua yang terindah

aku hanya memanggilmu ayah
di saat ku kehilangan arah
aku hanya mengingatmu ayah
jika aku tlah jauh darimu
(by seventeen)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar